Kiri, adalah jika orang berdiri menghadap ke Timur maka di
sebelah kirinya adalah utara. Suka atau tidak suka. Dan di sebelah
kanannya adalah selatan, juga suka atau tidak suka. Di Amerika, yang
disebut kiri atau left berarti "The individuals and group who advocate
the adoption of sometimes extreme messure in order to achieve the
equality, freedom, and well-being of the citizens of a state".
(Perorangan atau kelompok yang membenarkan dipakainya sewaktu-waktu
tindakan ekstrim untuk mencapai persamaan, kemerdekaan, dan
kesejahteraan warga negara dari suatu negara). Dan berarti juga "The
opinion of those advocating such messures as opposed to conservative
opinion". Jadi ringkasnya "kiri" itu kebalikan dari "konservatif".
Dahulu
ketika kita dijajah, kaum kolonial Belanda mengonotasikan bahwa
seseorang yang berpeci itu adalah "kiri" alias penentang pemerintah
kolonial Belanda. Barangkali juga ada benarnya, sebab Alimin tokoh PKI
yang memberontak tahun 1926 memakai peci, Soekarno yang dirikan PNI di
tahun 1927 dan bersikap non-kooperatif terhadap pemerintah kolonial
Belanda, juga memakai peci.
Terjadilah
suatu peristiwa di Sekolah Menengah Umum yang ketika itu masih disebut
AMS (Algemeene Midelbare School) di Jogja. Seorang murid sekolah
itu
memasuki kelas memakai peci di kepalanya. Begitu dia duduk, gurunya yang
Belanda itu menghardik: "Der af of deruit". Artinya: "tanggalkan atau
keluar". Sudah tentu yang dimaksud adalah peci di kepala si murid.
Dengan tenang si murid berdiri dan melenggang ke luar kelas. Murid itu
bernama Moh. Yamin.
Sekitar 80 tahun yang
lalu, Sarekat Islam dengan pimpinan Haji Oemar Said Tjokroaminoto,
dalam suatu kongresnya melahirkan keputusan: "Berjuang melawan
kapitalisme yang zalim", dan Haji Oemar Said Tjokroaminoto... memakai
peci alias kopiah. Maka di mata Belanda kolonial, berpeci berarti kiri.
Dari
kenyataan tersebut di atas, terbukti yang disebut kiri itu adalah pihak
yang tidak betah pada keadaan yang berlangsung dan menghendaki
perubahan untuk menjadi lebih baik. "Kehendak untuk menjadi lebih baik",
setiap orang bernalar sehat tidak akan mempersalahkannya.
Dan
manakala si kiri itu naik ke pentas kekuasaan, manakala dia tidak
melanjutkan kekiriannya, untuk senantiasa dengan sungguh mengupayakan
perbaikan-perbaikan untuk lebih baik dari yang sudah dicapai, maka ia
akan terperosok menjadi "kanan" dan kekananannya itu akan melahirkan
"kiri" baru yang lebih baik, lebih arif, dan lebih santun dari yang
sebelumnya.
Jika ada yang berpikir, bahwa
"kiri" dan "kanan" itu bisa dipersatukan, atau disejajarkan, sungguh
mengherankan. "Kiri" dalam arti yang menghendaki perubahan untuk menjadi
lebih baik, adalah progresif. Sedangkan "kanan" yang menolak perubahan
itu dan menghendaki tetap pada keadaan yang berlaku dan berlangsung,
dengan segala perangkat legalnya sekalipun, akan menjadi "konservatif",
dan lambat laun ditinggalkan oleh kesadaran yang dari hari ke hari
senantiasa bertambah maju.
Akan halnya
orang yang merasa bisa mempersatukan "kiri" dan "kanan" apalagi dengan
gagah-gagahan, sungguh patut dikasihani ("kasiaaan deh lu...," kata ABG
zaman sekarang). Sebab yang akan terjadi, kiri dan kanan melangkah
bersama, begitu juga tangan kiri dan tangan kanan dua-duanya melonjor ke
depan. Jalannya melompat-lompat. Itulah "pocong" namanya.
Yang
terjadi sejak ribuan tahun ialah "kanan" digantikan oleh "kiri" dan
pada waktu si "kiri" yang menggantikan itu terpeleset menjadi "kanan",
lahirlah "kiri" yang baru.
Kedua-duanya punya eksistensi, perbedaannya ialah yang dominan dan yang belum dominan. Itulah proses kelangsungan.
Tanpa
itu, Monarki absolut tidak akan digantikan oleh Demokrasi. Tanpa itu,
piringan hitam tak akan digantikan pita kaset, dan pita kaset oleh
kepingan VCD, lalu maju lagi ke MP3 dan DVD. Kapal layar tak akan
digantikan oleh kapal bermesin. Dari yang menuju kematian, lahirlah
kehidupan. Itulah adat dunia, siapapun tak kuasa menyanggahnya.
Nyatanya,
keberadaan "kiri" bermanfaat untuk kehidupan kita, sebab "kiri"
menghendaki yang lebih baik daripada yang sedang berlangsung.
Source : Arogansi Kapitalis
Image Source : Kiri Jalan Terus - Street Art Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar