Minggu, 10 November 2013

Homicide – Semiotika Rajatega Lirik


MC hari ini lebih banyak memakai topeng dari Zapatista
hampir sulit membedakan antara bacot patriot dan miskin logika
bicara tentang skill dan kompetisi, mengobral sompral
jatuh setelah berkoar, lari dengan ujung kontol terbakar
MC butuh federasi dan breakbeats berdasi
untuk sekantung wacana basi dan eksistensi
MC Tampon, mencoba membuat mall menjadi Saigon
amunisi tanpa kanon, mucikari martir yang gagal mencari bondon
sarat kritik, kosong esensi seperti kotbah kyai Golkar
bongkar essay kacangan lulabi usang pasca makar
gelora manuver rima Kahar Muzakar
tak akan pernah dapat menyentuh beat pembebasan B-Boy Ali Asghar
hiphop chauvinis, kontol kalian bau amis, memang tak akan pernah habis
persis duet Hitler tanpa kumis dan Earth Crisis
krisis identitas, menyebut teman nongkrongnya ‘niggaz’
sebut dan diss nama kami, kubuat bacot kalian karam seperti Tampomas
berusaha setengah mati menjadi negasi
berlindung dibelakang pembenaran interpretasi, basa-basi
mengobarkan kebanggaan dengan microphone terseret
tak sabar menunggu saat
monumental kalian berduet dengan Eurrico Guterrez
Ternyata rencana invasimu lebih meleset dari konsepsi
dan prediksi partai marxist akan kematian borjuasi
melemparkan invitasi MC pada setiap rima
dan Homicide masih mendominasi sensus kematian populasi akibat rajasinga
MC adalah negara yang membuat kontradiksi tak pernah final
tanpa menifestasi yang sesubstansial gerilyawan maoist di Nepal
lirikal neoliberal, yang memaksa indeks lirikmu turun drastis
dan terlihat lebih dungu dari logika formal, terlalu tipikal
dan masih jauh dibawah horizon minimal
memiliki nasib yang sama dengan PSSI dalam kancah internasional
hadirkan konfrontasi maka MC lari mencari pengacara
dan mengakhiri argumen dengan histeria seperti Yudhistira tanpa hak cipta
jangan berharap unggul dengan skill bualan ala TV Media
yang membuat kau dan Iwa tersungkur dalam satu kriteria
representasi yang membuatmu nampak seperti fatamorgana
membuat setiap microphone battle berakhir dengan wajah yang sama
persetan dengan persatuan, hiphop hanya memiliki empat unsur
dua mikrofon, kau dan aku, tentukan siapa yang lebih dulu tersungkur
Memang memuakkan melayani diplomasi scene lawakan
tapi pasti kalian dapatkan jika kalian menginginkan konflik atas nama kebanggaan
bidani bacot murahan tentang imortalitas hiphop seperti liang dubur
pahlawan kesiangan yang membuat lagu lama konservatif keluar liang kubur
karena aku adalah seorang kapiten neraka
mematahkan pedang panjang para lokalis duplikat dan plagiat para Wu-Tang
arwah objek kritik lapuk layak sosialisme ilmiah
kalian ancam kami dengan lulabi akidah
paku dalam bingkai kaca keagungan moralitas, persetan kuantitas
kematian memang identitas yang tak perlu imortalitas
label adalah reduksi, komoditas residu industri
kultural hegemoni, membidani oponen dalam posisi
Prosa pramudya yang bukan Ananta Toer
Mengepal jemari meski dengan batas teritori yang terkubur
memenej kalbu tanpa retorika Aa Gymnastiar
menembus urat nadi distribusi tanpa harus membuat izinku terdaftar
MC menabur bensin dan tak pernah punya nyali menyalakan korek
membacot dibelakang punggung lebih parah dari CekNRicek
MC Yang sama petantang-petenteng
sekarang membawa aikon biz lebih banyak daripada anggota Slank
Kalian para martir hiphop, patriot tai kucing
Yang membela lubang pantat logika dengan darah
Siapkan microphone kalian dan siapkan untuk menutup lubang tai sejarah
dan bagi kalian yang menginterpretasikan lagu ini untuk kalian..
Lebok tah Anjing!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar