Bertanyalah seorang kawan disuatu sudut ruang dan waktu,
apakah engkau, wahai Jaahil., akan marah-marah karena
oleh berita tentang korupsi dan korupsi dan korupsi?
yang disembunyikan, yang ditutup-tutupi, atau
yang dibeberkan, yang dibawa ke kamar-kamar pengadilan
Jaahil menjawab: Tidak. Ambillah dunia seluruhnya,
genggam dan kepalkan di tanganmu, lalu telan semuanya,
aku berdoa semoga perutmu tidak sobek karenanya...
Ambillah negara ini, tanah ini, modal ini, perusahaan ini,
hutan ini, gedung-gedung ini, nurani rakyatmu ini-apapun saja,
ambillah, curilah, rampoklah, segalanya jangan kau sisa...
Dan aku tak punya urusan pribadi dengan semua itu.
Aku tak punya kepentingan pribadi terhadap itu semua.
Bertengkarlah manusia, berperanglah,
Bersainglah pembesar-pembesar...
Sikut-sikutanlah kalian kaum raksasa. ...
Aku tak punya urusan pribadi dengan itu semua. ..
Caploklah planet bumi ini, tujuh samudera, dan seisinya,
Itu semua tak menyedihkanku. ..
Tak membuat diriku prihatin atau marah...
“Aku pribadi” tak punya urusan dengan keserakahan
dan kerakusan apapun di sekelilingku. ..
Adapun kalau engkau mendengarkan ada semacam
keprihatinan, kemarahan atau kesedihan–itu tak berasal dari
“diri pribadiku” melainkan dari “diri sosialku”
Jaahil Murokkab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar